Saat menulis catatan ini, saya baru saja terbangun dari ‘galau’nya tidur. Saya mimpi buruk. Buruk sekali. Bukan bertemu hantu, juga bukan mimpi ditagih hutang oleh perusahaan finance. Kali ini mimpi buruk tentang negeriku. Iya, negeriku Indonesia. Dalam mimpi ini, digambarkan bahwa rezim paling represif di Indonesia baru saja menjadi semakin represif. Pemerintah mengumumkan peraturan administratif yang sangat ketat. Peraturan-peraturan baru ini membatasi informasi, komunikasi dan kebebasan berpendapat, dari yang sangat kecil menjadi hampir nol. Secara umum, mengakses internet dibatasi pada malam hari saja. Semua buku dilarang terbit, kecuali terbitan pemerintah dan kitab suci agama. Ini adalah serangan besar-besaran terhadap pemikiran. Surat kabar yang terbit harus berafiliasi dengan pemerintah. Tujuannya adalah untuk menahan aliran informasi dari pihak-pihak yang kritis. Padahal, suratkabar merupakan sumber informasi terkini yang penting, terutama karena hanya penguasalah yang da...
"Nules: Baoung Sadiri"