Malam itu jantungku berdebar. Secara kaget aku terbangun dari tidur lelapku. Suara teriakan segelintir orang membuatku gugup ketakutan. Sepintas dalam benakku memikirkan bahwa teriakan tersebut semacam gemuruh orang ketika kerusuhan. Wajar jika aku berpandangan demikian, karena tempatku tinggal, banyak pemuda yang sering mabuk-mabukan setiap malam. Sambil berjalan miring, biasanya mereka juga berteriak sekuat-kuatnya (istilah orang manado; bakuku) bahkan terkadang melempar benda keras ke salah satu atap rumah warga. Hal ini mungkin sebagai simbol bahwa mereka adalah orang-orang perkasa yang bisa menaklukkan siapa saja yang berani melawan. Tentunya, ini akan memancing kemarahan warga sekitar. Lebih jauh lagi akhirnya berpotensi kerusuhan. Lebih mengkhawatirkan lagi, di daerahku, dihuni oleh komunitas yang berbeda-beda, baik agama, suku, ras dan kepercayaan (multikultural), pastinya prilaku pemabuk tadi akan berpotensi SARA. Ah,,, kudengar lebih teliti lagi, teriakkan tadi berbeda sepert...
"Nules: Baoung Sadiri"