Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni 23, 2017

Lampu Botol, Merawat Tradisi Melawan Kolonialisasi

"Besok, Kamu pergi ke pasar, cari pedagang yang menjual lampu botol. Beli 5 buah ya !" Perintah Ibu kepadaku.  "Memangnya, buat apa lampu botol itu, Ibu?"  "Loh, ini kan sudah akhir Ramdhan. Sudah menjadi tradisi keluarga kita sejak dulu untuk menyalakan lampu botol diakhir Ramdhan." Ibu menjelaskan. Karena masih penasaran, Aku terus mengejar dengan pertanyaan. "Boleh Ibu jelaskan, mengapa tradisi ini harus ada?" "Nak, Ibu tidak tahu persis dengan makna hakikinya. Ibu hanya pernah dijelaskan singkat oleh kakekmu. Menurutnya, lampu botol ini bermakna untuk menyambut lailatul qadar. Karena dulu tidak ada listrik. Sementara untuk menyambut malam ganjil yang special itu, masyarakat harus menerangi rumah dan lingkungannya. Selain itu, masih menurut kakekmu, lampu botol ini dipasang karena banyak masyarakat yang akan membagikan zakat fitrah setelah Tarawih. Jadi butuh penerangan." Terang Ibu. Aku masih belum puas d...

Shahrukh Khan, Mawaddah & Ustadz Radikal

Sebut saja Mawaddah, seorang gadis belia yang baru beranjak remaja. Dia pengagum berat Shahrukh Khan, bintang film Bollywood yang terkenal dengan Film Kuch-kuch Hota Hai. Mawaddah benar-benar terobsesi dengan pria cakep itu. Ketika Saya berkunjung ke rumahnya, terlihat begitu banyak poster raja bollywood tersebut. Mulai dari debut awal Shahrukh Khan di dunia perfilman hingga film terbarunya, terpampang di dinding-dinding kamar. Sungguh, Mawaddah pengagum berat bintang India itu.  Mawaddah bukan kerabat Saya. Kebetulan ia adalah murid SMA yang Saya nahkodai. Sudah 5 hari ia tidak masuk sekolah. Sebagai kepala sekolah, Saya harus berkunjung ke rumahnya untuk menemuinya dan orang tua atau walinya. Tidak ada kabar berita, gadis yang dikenal pintar dikelasnya ini membuat teman-teman dan guru di sekolah penasaran. Tidak biasanya ia absen tanpa keterangan di kelas. Teman sekelasnya mengakui bahwa Mawaddah adalah pribadi yang giat belajar termasuk taat dalam beribadah. Benar-benar ...

Gus Dur Tiada Habisnya

Nampaknya, membincangkan Abdurahman Wahid (Gus Dur), hampir tidak menuai kata henti. Kendati ia telah 'pergi', nafas perjuangannya masih terasa hingga kini. Lihat saja kutipan-kutipan banyak penulis, peneliti, akademisi bahkan para tokoh agama hampir sering mereka menyebut nama Gus Dur. Pemikiran dan kepribadiannya sering menjadi bahan ajar bagi pekerja sosial keagamaan yang pro demokrasi, toleransi dan kebhinekaan. Pada masa hidupnya, Gus Dur memiliki pesona dan kharisma luar biasa, maka tak heran jika mantan ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menjadi ikon pemikiran Islam di Indonesia, bahkan diakui negara-negara internasional. Almarhum telah berhasil mengembangkan teologi Islam yang ramah, terbuka dan berpihak kepada kaum lemah tanpa memandang identitas orang lain. Oleh karenanya, ia pun mendapat sebutan sebagai bapak Pluralisme bangsa. Kesatria demokrasi. Lahir sebagai santri di tengah-tengah keluarga yang merupakan santri pula, Gus Dur telah memper...