Daerah kami dikenal sebagai wilayah yang penuh dengan suasana kerukunan, saling menghargai, bahkan saling mengasihi antar agama. Kaum Muslim dan Kristiani sangat akur bahkan tidak sedikit yang saling kawin mawin (ada yang murtad, ada juga yang muallaf, termasuk ada juga yang saling bertahan dengan keyakinan masing-masing). Intinya, perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk kebersamaan. Kendati demikian, ummat Kristiani lebih dominan. Bisa dibilang perbandingannya 70-30. Setiap kelurahan pasti ada gereja, bahkan jumlahnya bisa mencapai 10. Alkisah, di lingkungan kami ada seorang muazin bersuara jelek, namanya Panjul. Ia memanggil orang shalat di daerah saudara-saudara Nasarah. Kami membujuk dia untuk tidak menjeritkan—maaf, maksudnya, melantunkan—azan. Kami khawatir, suara itu akan mengganggu orang-orang Kristen. Mereka akan keberatan. Bisa-bisa azan itu akan memicu kerusuhan sosial (Sara). Panjul menolak bujukan kami. Ia marah dan mengira kami melarangnya menegakkan sunnah Rasulul...
"Nules: Baoung Sadiri"