Kebiasaan Mengeneralisir, Berujung Konflik

Suatu ketika, dalam diskusi ringan, kawan saya berujar "Di era digital ini, masyarakat kita harus menerima perkembangan zaman. Saya tidak setuju bahwa media sosial itu akan berpengaruh terhadap kebiasaan buruk seseorang. Buktinya saya, hingga saat ini tidak terpengaruh efek negatif medsos."
Kawan saya ini nampaknya ingin menyamakan kepribadian orang lain dengan dirinya. Menurutnya, medsos adalah sesuatu yang positif. Semua orang berhak dan pasti dapat memanfaatkan medsos dengan baik. Ia adalah seorang akademisi. Beberapa bulan lagi meraih gelar doktornya. Kendati dia jauh lebih muda dari saya, harus saya akui, ia orang yang tekun didunia pendidikan formal.
Sayang, ia terjebak pada kekeliruan berpikir. Calon doktor ini mencoba mengeneralisir keadaan. Seolah semua orang punya pikiran dan sikap yang sama dengannya. Ia lupa, ada orang menggunakan medsos dengan bijak dan bajik, tetapi ada yang sedang memanfaatkan medsos demi agenda jahatnya. Ada pula yang bermaksud menikmati medsos dengan baik namun terkontaminasi buruk karenanya. Nampaknya, sang kawan sedang jatuh pada fallacy of dramatic instance. Semacam pikiran yang over dalam mengeneralisir sesuatu. 
Kang Jalal, Jalaludin Rahmat, dalam bukunya Rekayasa Sosial menyebutkan kisah teman wanitanya yang kaget mengetahui kawan kuliahnya itu telah berubah menjadi muballigh. Si wanita mengenal Jalal sebagai seorang yang mendukung ateisme. Begitu terkejut ketika ia bertemu dengan sosok muballig yang berdakwah di masjid lingkunan masjidnya. Dalam benak, Ia melihat "Jalaludin" di era 1967-1968. Ia telah meng-overgeneralisasi sosok Kang Jalal. Streotipe yang diakibatkan oleh kesalahan berpikir ini menganggap orang lain itu tidak mengalami perubahan. Orang seperti ini tidak bisa melihat adanya perubahan terhadap sesuatu.  
Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah banyak berjumpa dengan orang yang berpikiran seperti ini. Kawan yang Saya ceritakan sebelumnya, serta teman wanita Kang Jalal itu, merupakan bagian kecil dari model fallacy of dramatic instance. Jika dituliskan contoh-contohnya, pasti akan begitu banyak halaman. Pada dasarnya, fenomena begini bukanlah sesuatu yang perlu dikahwatirkan. Namun memang, kebiasaan berpikir keliru seperti ini melahirkan prasangka buruk yang berujung pada konflik. 

Label:

Entri Populer

Labels

Blog Archive