Semasa menjadi kepala sekolah di SMA Alhikam, Desa Tumbak Kec. Pusomaen Kab. Minahasa Tenggara, Aku punya murid paling berandal. Hampir setiap hari malas sekolah dan pekerjaannya mengganggu orang lain. Bahkan tercatat beberapa kali berkelahi. Dia perokok. Tapi Aku belum pernah tahu dan apalagi melihat ia minum minuman beralkohol. Jika toh ia pernah mabuk-mabukan, Aku yakin itu tidak dilakukan saat sekolah. Namun merokok, adalah pemandangan yang sering ku lihat saat ia masih berseragam. Suatu ketika, di belakang gedung sekolah, ia dan teman-temannya sedang asik menikmati gumpalan asap rokok. Aku meradang. Rasa-rasanya ingin ku gampar satu persatu, terutama si berandal itu. Tapi Aku khawatir. Bertindak, harus dengan pikiran jernih. Mereka semua siswa yang secara fisik dan mental teruji bertindak anarkis. Bukannya takut, Aku hanya tidak ingin ada berita beredar, guru pukul murid, murid pukul guru, guru murid baku pukul. Jelasnya, Aku pasti kalah. Mereka gerombolan soalnya. Aku ...
Ada semacam kebisingan di luar sana, Yakni keadaan yang seolah tak kuasa Kita gapai. Keramaiannya begitu sepi dalam rasa. Kita sulit menjamahnya, bahkan sesekali Kita harus menghindar olehnya. Kita hanya bisa mendapatkan nikmat hiburan itu justru dalam sepi. Kita justru menemukan kebahagiaan dalam sunyi. Bahkan, Kita larut, Kita hanyut dan riang gembira di tengah-tengah gelapnya keadaan. Sungguh, Aku menikmati itu. Aku melepas semua sekat, batasan dan pakaian-pakaian yang menghalangi tubuhku untuk bersenggama denganmu. Aku menembus dinding-dinding pemisah, Aku melompati jurang-jurang terjal, Aku mendaki gunung setinggi-tingginya ia. Entahlah Kau menerima dan merelakannya atau tidak, yang kutahu, Aku begitu, Sayangku... Taufik Bilfaqih